Herlina Swandy – Polwan Cantik Yang Siap Sedia Menjalankan Tugas Negara

Bripka Herlina merupakan perempuan asal Subang yang lahir pada 20 November 1986. Karirnya di dunia polisi dimulai pada saat ia lulus di Sepolwan Ciputat pada 2004, ia sempat ditugaskan di Sukabumi selama 5 tahun dan kembali ke Subang pada 2010.

“Saya lahir di Karawang tapi asli Subang, nah waktu itu sempat tugas di Polres Subang tahun 2010,” kata Bripka Herlina.

Bripka Herlina Swandy menceritakan salah satu kisahnya sebagai anggota Polri yang tak mungkin dia lupakan. Pada 2005, Bripka Herlina yang saat itu baru diterima menjadi polisi ditugaskan menjadi anggota Satreskrim Polres Sukabumi. Suatu hari, polwan cantik itu dan tim sedang menangani kasus perdagangan orang.

“Iya (pernah menyamar menjadi korban kasus perdagangan orang), kayak menyamar menjadi anak SMA yang sedang cari kerja dan ternyata ada (praktik perdagangan orang),” kata Herlina.

Bripka Herlina pun tak menyangka bahwa dirinya yang baru menjadi polisi langsung diberi tugas yang berat, bahkan bisa mengancam nyawanya.

“Jadi waktu itu kayak, duh, baru juga jadi polisi sudah begini (menangani kasus berat), bagaimana kalau saya mati,” ujar Herlina.

Bagi ibu satu anak itu, menjadi polisi merupakan pengabdian untuk negara. Dia pun siap sedia kapan pun dan di mana pun dalam menjalani tugas. Selama 17 tahun menjadi polisi, polwan cantik ini sudah beberapa kali menjalani tugas kedinasan.

Bripka Herlina ini sebelumnya sempat beberapa kali menghias layar kaca diantaranya dalam program 86 Net TV, iNews Tv, Inbox saat dirinya sedang bertugas di NTMC Polri. Ia bertugas di Korlantas Polri serta NTMC kurang lebih selama 4 tahun dari 2012 hingga 2016. Setelahnya, ia ditugaskan di Polda Jabar. Saat itu, Bripka Herlina menjadi Sespri Kapolda Jabar saat itu Irjen Anton Charliyan.

Usai bertugas Sespri Kapolda Jabar, Bripka Herlina kembali ke Subang untuk bertugas di Polsek Cikaum. Namun belum sempat kembali ke Subang, Herlina kembali mendapat panggilan untuk menjadi BKO di Badan Intelejen Negara (BIN).

“Waktu itu BIN mau meresmikan museum, saya ditarik kesana, sebagai narator atau guide di museum itu. Hingga akhirnya tugas di BIN selesai dan kembali ke Polsek Cikaum dan setelah bertugas di Unit Intelkam Polsek Purwadadi,” imbuhnya.

Herlina bercerita, pengalaman selama di NTMC Polri memberinya banyak pelajaran serta ilmu dalam dunia kepolisian. Bahkan ia ingat, saat pertama kali bertemu dengan lensa kamera yang saat itu masih dalam proses seleksi di NTMC Polri.

“Namanya pertama kali ngomong depan kamera ya pasti ada gugupnya, grogi. Tapi karena ada pelatihnya kan, jadi diarahkan, dibimbing sampai akhirnya saya masuk ke NTMC Polri,” terangnya.

Herlina memberikan cerita menarik saat bertugas di NTMC Polri, yakni saat melakukan penilangan pelanggaran lalu lintas. “Yang menarik sebetulnya pas nilang ya nilang aja ya, tapi ini kan ada kamera karena permintaan stasiun televisi yang biasanya bertugas itu tanpa kamera. Jadi maksudnya itu kita ingin kasih tau ke masyarakat, pelanggaran yang seperti ini loh ga boleh, jangan ditiru, seperti itu,” ungkapnya.

Apalagi, Lina juga pernah menilang anggota dewan pusat karena melakukan pelanggaran lalu lintas meski sempat sedikit berdebat. Namun karena sudah merupakan tugas, penilangan pun tetap dilakukan. “Jadi siapa pun yang melanggar mau itu pejabat tinggi, aparat pemerintah, bahkan anggota dewan, kalau melakukan pelanggaran harus tetap ditilang. Tidak ada diskriminasi, yang melakukan pelanggaran ya ditilang,” paparnya.

Ia juga menambahkan, bertugas dan menjadi seorang polisi memberinya sebuah kebanggaan tersendiri. Apalagi, profesinya itu banyak memberinya hal yang tentu tak pernah ia duga hingga sampai saat ini.

Ia menceritakan, saat dulu ia bertugas pada satuan reserse dan kriminal (reskrim), Lina menyebut saat itu ia sedang menulis BAP menggunakan mesin tik. Namun saat itu, setelah BAP jadi, lembaran tersebut disobek oleh seniornya.

“Kalau dulu mikirnya, ya kalaupun ada salah dikasih tau salahnya dimana tidak langsung disobekin. Namanya mesin ketik ya jadi harus dibuat ulang. Tapi dari situ saya berpikir, oh iya jadi senior itu ingin kita belajar agar lebih teliti lagi,” ungkapnya.

Pada adik juniornya, Lina berpesan agar terus menerus belajar dan menikmati setiap proses. “Jangan pernah cape untuk belajar, jangan pernah ngeluh selama buat kemajuan. Jalani dan nikmati prosesnya dan tetap bersyukur apapun capaiannya,” kata Lina.

Dalam momentum HUT Bhayangkara, Bripka Herlina mengharapkan Polisi bisa semakin diterima oleh masyarakat. Meskipun keberadaannya tidak terlepas dari pro dan kontra dari dinamika yang ada, Lina ingin Polisi terus menjadi corong institusi yang terus melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat.

“Secara pribadi, butuh, tidak butuh atau suka, tidak suka masyarakat itu butuh Polisi. Misalnya dalam kasus kriminal, kehilangan barang, anak nakal misalnya Polisi punya peran disitu. Masyarakat mungkin tidak perlu tahu polisi yang jauh dari keluarga, berhari-hari misalnya tida pulang. Tapi demi tugas negara dan melayani masyarakat, itu sudah jadi tugas kita, Polisi,” terangnya.

Saat ini, Bripka Herlina terus bertekad untuk mengabdi pada kepolisian dan menjalankan tugas negara. Selain itu, bersama rekan-rekan serta juniornya, ia akan terus berbagi ilmu untuk kemajuan Polri.